Manfaat Menjurnal

1.       Dapat menetralisir mood (ekspresi diri)

Setiap manusia pasti menemui masalah dalam hidupnya. Jika kita tidak punya mekanisme yang matang dalam mengelola masalah, maka kita hanya akan terjebak dalam memikirkannya tanpa bergerak mencari solusi atas masalah tersebut. Sebagai guru dan orang tua, kita dapat menggali dan mengorek permasalahan yang sedang dialami oleh anak melalui kegiatan menjurnal.

Ketika menjurnal anak dapat menuangkan apa yang ia rasakan, apa yang ia pikirkan, dan apa yang ia alami ke dalam bentuk karya coretan, gambar, maupun tulisan. Ketika itulah sebenarnya ia sedang membersihkan beban-beban yang ada di pikirannya.

Jurnal pagi fungsinya untuk menetralisir mood (perasaan/emosi) anak karena tidak semua anak dalam kondisi mood yang stabil di pagi hari ketika baru tiba di sekolah. Mungkin saja ada hal yang membuatnya tidak nyaman ketika dibangunkan, ada konflik dengan anggota keluarga ketika sarapan, atau bosan karena terjebak macet. Jadi, sebelum kegiatan sentra dimulai, pikiran dan mood-nya

harus dinetralisir terlebih dahulu supaya anak lebih siap menjalani proses belajar dan bermain secara menyenangkan. Jika masih ada hal yang mengganjal, tentu proses belajar tidak akan berjalan optimal.

 

2.       Melatih kemampuan menangkap, mengolah, menuang, dan mempresentasikan ide

Melalui pembiasaan menjurnal, anak distimulasi untuk terbiasa menangkap sebuah kejadian yang ia alami, lalu diingat dalam memorinya. Biasanya, pengalaman yang mengesankan baginya

akan dituangkan ke dalam jurnalnya. Setelah selesai, lalu saatnya anak menceritakan jurnalnya

pada guru/orang tua. Dengan kegiatan ini, anak berlatih sejak dini agar mampu mempresentasikan idenya, sehingga insya Allah terbiasa berani mengomunikasikan pendapat dan gagasannya.

Melalui pembiasaan menjurnal, para guru dan orang tua sedang mengajarkan anak untuk mampu memikirkan sebuah ide, mengolahnya, dan yang terakhir mempresentasikannya. Kegiatan ini juga melatih cara kerja otak anak. Ketika dapat ide, ia pikirkan sebentar, kemudian ia tuangkan

ke dalam gambar atau tulisan. Dengan demikian kemampuan berpikir kritisnya insya Allah semakin

terbangun, karena terbiasa dilatih sejak kecil untuk menuangkan ide yang sifatnya abstrak

diubah menjadi hal yang konkret (jurnal).

 

3.       Melatih motorik halus dan kasar

Menjurnal juga mampu melatih motorik halus dan kasar anak. Motorik halus dilatih dengan cara melihat sudah seberapa rapi anak dalam mewarnai suatu benda tertentu, ketepatan, ketelitian, keserasian, semua hal itu bisa menjadi parameter dari sudah matangnya fungsi motorik halus anak atau tidak.

Sementara itu, untuk motorik kasar, bisa terlihat dari seberapa kuat tekanan anak dalam menulis, menggambar, dan berkarya di jurnal. Jika tekanan krayon anak masih belum kuat, kita bisa latih anak untuk lebih punya energi dengan memfasilitasi anak sering meremas, merobek, main plastisin, main slime, dan lain sebagainya. Anak-anak yang sudah mencapai fungsi motorik kasarnya dengan optimal, maka dalam kegiatan menulis kelak di SD tidak akan kesulitan. Selain tulisannya lebih rapi, ia juga bisa tahan lama untuk menulis dalam jumlah halaman yang panjang.

4.       Sarana melatih pra-menulis dan pra-membaca (keaksaraan) dengan cara yang alami

Setelah menjurnal, anak lalu menulis nama diri dan cerita jurnalnya sesuai tahapan. Untuk TK B, sudah terbiasa juga menuliskan hari dan tanggal menjurnalnya. Untuk KB atau anak yang baru awal-awal menjurnal maka nama, tanggal, dan cerita jurnal dituliskan oleh orang tua atau guru.

Ini salah satu cara mengenalkan keaksaraan secara alami dan menyenangkan, tanpa dipaksa (drilling).

Ketika anak menggambarkan idenya lalu ia tuliskan, maka huruf-huruf tersebut menjadi sangat berkesan dan bermakna baginya. Mengapa berkesan dan bermakna? Karena itu merupakan rangkaian huruf menjadi kata yang berasal dari pikiran atau perasaannya sendiri. Insya Allah anak akan semakin mudah mengingat huruf.

Sesuatu yang alamiah, insya Allah jauh lebih baik daripada hal yang instan/dipaksakan. Anak jauh lebih paham apa yang ia tulis. Ketika menulis, ia mulai dari hal yang dekat dengan dirinya. Bisa namanya, bisa juga dari benda-benda yang ia lihat di sekeliling.

 

5.       Sarana membangun bonding dengan anak

Kegiatan menjurnal adalah salah satu alternatif kegiatan yang bisa jadi sarana membangun kedekatan bonding antara orang tua dengan anak. Ikatan tersebut perlu dipupuk agar anak tetap bisa menjaga kepercayaan terhadap orang tuanya. Anak mampu menceritakan isi kepala dan isi hatinya, dan orang tua jadi tahu apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan anak.

 

6.       Orang tua jadi tahu apa ‘PR’ (Pekerjaan Rumah) terhadap anaknya

Ketika menjurnal kemudian menemukan ada satu hal yang sangat dominan dan selalu muncul pada jurnal anak, maka ketahuilah bahwa itu adalah isu yang perlu dituntaskan dan dicarikan solusi oleh orang tua. Bisa jadi isunya tentang hal yang membahagiakan atau bisa juga tentang ketidaknyamanan anak akan suatu hal.

Bila jurnal anak dilakukan rutin bersama orang tua, maka orang tua yang paling tahu tentang anaknya. Orang tua tidak perlu menduga-duga tentang apa yang dipikirkan anak, yang ia cemaskan, dan apa yang mengganggunya. Orang tua bisa langsung konfirmasi bahwa ternyata anaknya sedang membutuhkan ini dan itu, secara pasti. Sehingga, kita selaku orang tua langsung tahu apa program yang kita susun.

 

7.       Menstimulasi imajinasi dan kreativitas

Jurnal juga mampu merangsang imajinasi anak agar lebih kaya dan lebih beragam. Setiap hari melakukan jurnal, insya Allah dia akan berpikir lebih kreatif dan dengan pikiran yang berbeda.

 

Ditulis oleh Isti Fathmala (guru KB-TK Islam An Nash)

 

Referensi : Buku “Lima Langkah Komunikasi Efektif Agar Anak Tumbuh Optimal”